Senin, 02 April 2018

Malam Terlalu Panjang

Beberapa lampu sudah sengaja dimatikan. Di dalam kamar sisa lampu toilet yang menyala. Dentangan detik jam dinding pun jelas terdengar, milik tetangga kamar sebelah. Eh, aku belum juga tidur, tepat pukul 02.06 WITA.

Hampir setiap malam kulalui seperti ini. Mau rasanya punya jam tidur yang lebih cepat, tapi pikiran selalu mengantarku ke banyak hal. Iya, pantaslah. Aku pengangguran yang sdh hampir setengah tahun jadi fresh graduate.

Alahmdulillah siang tadi aku sempat beli smartphone andalanku, Note 8. Tapi itulah, malah kupikir ini pemborosan ya. Iya, memang iya. Aku harusnya mangutamakan dana lebih untuk keluarga.

Tapi kupikir, janganlah dulu sekarang. Ini belum tepatn semoga suatu saat aku bisa membanggakan keluarga dengan rupiah yang lebih berkah.

Amiiin....

Minggu, 11 Maret 2018

Kini

Hujan tak lagi menentu. Matahari tak lagi konsisten dengan sinarnya. Aku bisa mengamatinya melalui selokan-selokan tepi gang yang tak lagi bisa kutebak situsainya. Semua berubah tak begitu jelas, dan tak membiarkanku menggunakan firasat dan ilmu dalam berhidup.

Entah kenapa? Seiring itu semua, beberapa akhir tahun ini aku merasa tak punya cerita untuk bisa bercerita lagi. Hidup seolah hari yang terulang, tanpa ada makna yang bisa kuumbar. Bahkan segala ceritanya justru membuatku malu untuk semua orang tau, memaksa harus tertutup dalam berhidup.

Malam ini, aku bersiap diri. Besok rutinitas baru menanti. Walaupun sebenarnya ini hanya berlangsung 5 hari saja, selanjutnya nanti 15 bulan masa training yang sesungguhnya. Oh, maaf. Maksdku, aku baru saja lulus tahap training di salah satu perusahaan BUMN bidang permodalan ekonomi mikro. Anak ekonomi pasti lebih tau lah.

Aku berharap, hari esok dan selanjutnya memberikan cerita yang lebih bermakna. Rindu rasanya dengan menulis.


Minggu, 03 April 2016

Nindia

Seharusnya dia memahami aku lelaki. Semenjak sore itu, dibawah gerimis dan awan gelap, dia pergi tanpa apa2. Tak ada payung yang mengalasi langitnya dan tak ada sandal yang mengalasi jalan-jalan  beton. Dia pergi meninggalkan kata, dan tak jauh darinya aku berdiri tertahan tanpa kata.


"*Nindia, berikan aku kesempatan, biarkan aku memulai."  sudah kukatakan berkali kali, dan kali ini hanya mampu tertahan dalam hati.


Aku lelaki. 


*) bahasa terkasih, seorang kekasih

Selasa, 13 Oktober 2015

Sepertiga

Sudah sebulan 3 hari kami disini. Saya bersama 11 orang dari salahsatu universitas negeri yg ada di Makassar saat ini lagi Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Hmmm..., barru akhirnya menjadi tempat dimana posko kami berada.

Pelita Malam di Pojokan

Ada rasa

Minggu, 31 Mei 2015

Peng-kuning Malam

Sebuah keresahan. 
Sebuah kenyataan. 
Ketika kehidupan tak seperti kenyataan, 
ketika kehidupan tak bisa diterima oleh kenyataan. 
Ketika diri menjalani kehidupan. 
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Apakah sudah terlalu tua bagi hamba untuk menceritakan tentang gelegar malam?
Ah, tak jua seorang pun mau menjawab

di hadapan lampu kuning -kuning dan dibawah putih-putihnya phillips mataku menggeliat menjajaki gelap yang tersisa
kukira disana ada mata yang mencoba melirikku dengan tanpa pesona
Ah, tak jua kudapatkan kabar tentang kebenarannya

Di bawah lampu kuning-kuning, diatas tenda-tenda pisang epe', ada yang kucoba terawangi
Serupa cahaya kuning-kuning, tetapi berbeda
Orang-orang menyebutnya selimut malam, bulan

Bulan,
Padanya coba kusampaikan segala pesan jiwa yang terkurung lama, memberi sesak
Padanya, kuberitahu tentang kehidupan yang entah berawal darimana
Dan padanya, kusampaikan segala risau yang msih menjeratku
Padanya, hanya bisa padanya dan padaNya


Kamis, 14 Agustus 2014

Mega Bulan

Aku belum paham
Sejauh mana mampu menatap bulan
Merasakan kasatnya dami disela-sela daun gugur
Aku belum tahu
Tempat yang cukup nyaman dan damai menatap bulan

Sepertinya aku belum cukup tahu saja tentang rasa
Ada yang kulupakan sejak terlanjur menikmati mati
Ada bagian yang kontradiksi dalam segala gerak setiap tiap yang kudapati

Beritahu aku tentang rasa nikmat menatap Sang Rembulan
Ingantkan aku tentang tempat nyaman yang menghapuskan haus gelisah dalam setiap batin
Aku merindukan setiap lupa yang mendera ingatan
Aku sudah cukup yakin bahwa aku benar-benar lupa
Ia, lupa

Jumat, 11 Juli 2014

Hujan dan Basah: Ketika Tak Pernah Ketemu

Sebuah isyarat bahwa hari membawa matahari kedalam kondisi yang tak berbeda dengan kemarin. Di langit masih tersisa sedikit biasan merah muda hingga hampir kekuningan, udara sejuk menemani dan belum bgtu banyak kendaraan yang lalu lalang. Langkah begitu jelas memaki jalan yang dilaluinya, sesekali irama semakin lincah ketika mendapati jalan yang lapang dan sunyi.

Di sebuah lorong, di sebuah kursi besi tua, pinggirannya sedikit berkarat, badan ini terduduk. mencoba menutup mata dan menghirup panjang udara pagi yang dingin. sedikit mengurangi kegelisahan.

ini tak begitu asing, dan dulu telah menjadi tempat yang begitu lekat bagi dua orang sahabat, dekat. menhadi kursi yang menyimpan pembicaraan dua insan yg saling bertukar hari.

Senin, 07 Juli 2014

HUJAN DAN BASAH: Penyaksi

Rasanya kalut, kalau kudapati malam dengan ramahnya menemani bulan. Mereka seakan menyatu dalam harmoni, damai. Dan disini ada sebentuk mahluk hujan basah yang hanya sibuk menjadi sosok penyaksi saja. 
Sesekali kuyakinkan diri. Menjadi sosok penyaksi, bukankah sebuah kebanggaan? Mereka sebenarnya tak mencipta damai itu, hanya merasakan. Kalausaja tak ada penyaksi, bagaimana bisa damai akan hadir. Mungkin, hanya akan bergeliat sebatas rasa yang tak akan bisa berujung kata. Cukup bahagia dengan ini. Sebuah kebanggaan. Bertahan, mengahadapi hukum alam. Yang pada akhirnya terbawa kedalam alunan takdir. 

#2
Sadar, apalah gunanya jika lingkungan tak memberi ruang. Sebenarnya, tak ada yang untung dengan ini, pun tak ada rugi. Hanya saja belum ada arah kedewasaan yang memberi kesempatan untuk mengolah, bahwa ada hal positif yang semestinya terbangun. Kalaupun sempat cacat, biarlah sedikit topangan bahu memberi lega.
Sebagian dari kita masih mencoba memelihara ego, tak mampu ditawar oleh perasaan menerima. Sebab, belum ada rindu yang bisa menukarnya. Yah, mungkin karena sudah sering-sering terbiasa melepas diri, dan pada akhirnya lebih suka saling tak tahu apa-apa, dan seterusnya. Pada saatnya, kita akan saling merindu. Kalaupun tidak, seenggak-enggaknya ada rindu untuk tak merindu. Pada saatnya, nanti.

Jumat, 04 Juli 2014

Manusia dan Manusia-manusia

Manusia modern mampu menyelam ke dasar laut, seperti ikan
Mampu terbang begitu tinggi menjelajahi angkasa, layaknya burung

Saya ragu kalau ia mampu menjelaskan bagaimana berjalan di bumi ini seperti manusia lainnya



   Sumber gambar: http://www.google.com