Senin, 07 Juli 2014

HUJAN DAN BASAH: Penyaksi

Rasanya kalut, kalau kudapati malam dengan ramahnya menemani bulan. Mereka seakan menyatu dalam harmoni, damai. Dan disini ada sebentuk mahluk hujan basah yang hanya sibuk menjadi sosok penyaksi saja. 
Sesekali kuyakinkan diri. Menjadi sosok penyaksi, bukankah sebuah kebanggaan? Mereka sebenarnya tak mencipta damai itu, hanya merasakan. Kalausaja tak ada penyaksi, bagaimana bisa damai akan hadir. Mungkin, hanya akan bergeliat sebatas rasa yang tak akan bisa berujung kata. Cukup bahagia dengan ini. Sebuah kebanggaan. Bertahan, mengahadapi hukum alam. Yang pada akhirnya terbawa kedalam alunan takdir. 

#2
Sadar, apalah gunanya jika lingkungan tak memberi ruang. Sebenarnya, tak ada yang untung dengan ini, pun tak ada rugi. Hanya saja belum ada arah kedewasaan yang memberi kesempatan untuk mengolah, bahwa ada hal positif yang semestinya terbangun. Kalaupun sempat cacat, biarlah sedikit topangan bahu memberi lega.
Sebagian dari kita masih mencoba memelihara ego, tak mampu ditawar oleh perasaan menerima. Sebab, belum ada rindu yang bisa menukarnya. Yah, mungkin karena sudah sering-sering terbiasa melepas diri, dan pada akhirnya lebih suka saling tak tahu apa-apa, dan seterusnya. Pada saatnya, kita akan saling merindu. Kalaupun tidak, seenggak-enggaknya ada rindu untuk tak merindu. Pada saatnya, nanti.

0 comments:

Posting Komentar