Minggu, 11 November 2012

Bulukumba - Mali'Siparappe, Tallang Sipahua'



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pengakuan keberadaan suatu suku/bangsa adalah dengan membuktikan bahwa suku/bangsa mereka memiliki budaya luhur. Budaya luhur akan selalu terjaga dengan nilai kearifan local. Kearifan local seakan menjadi biang keladi, namun semestinya kesadaran manusia yang menjadi prioritasnya. Kedua hal ini sinergis dan biimplikatif.
            Setiap suku/bangsa hidup pada wilayah berbeda dengan cara yang berbeda pula. Berkaitan dengan tujuan mengeksistensikan budaya masing-masing setiap suku/banga tentunya memiliki konsep yang berbeda. Disinilah peranan dari nilai kearifan lokal.
            Bulukumba, sebagai salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, dihuni oleh mayoritas masyarakat lokal bersuku bugis. Mayoritas suku bugis yang menghuni Bulukumba merupakan masyarakat asli Bulukumba. Dengan berlandaskan penjelasan diatas, maka bulukumba juga memiliki masayarakat asli yang tentunya berbudaya dan memiliki kearifan lokal sebagai dasar budayanya.
B.    Rumusan Masalah
           Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.         Kalimat apa yang mewakili kearifan lokal daerah Kab. Bulukumba ?
b.        Dari mana terbentuknya kalimat tersebut?
c.         Untuk apa kalimat tersebut diciptakan?
d.        Apa masih ada makna kalimat tersebut dalam kehidupan masyarakat Bulukmba?
e.         Apa masih perlu untuk dipertahankan kearifan lokal itu dan mengapa?


C.   Tujuan Penelitian
                     Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.       Untuk mengetahui kearifan lokal yang terdapat di daerah Kab. Bulukumba.
b.      Untuk mengetahui sejarah terbentuknya kearifan lokal daerah Kab. Bulukumba.
c.       Untuk mengetahui tujuan diciptakannya suatu kearifan lokal.
d.      Untuk mengetahui keberadaan kearifan lokal tersebut di Kab. Bulukumba.
e.       Untuk mengetahui sejauh mana pentingnya kearifan lokal disertai alasan.
-----------------------------------------------------------------------
  PEMBAHASAN
Narasumber 1
Nama                                           :    M. Thamrin Ma’ing
Tempat, tanggal lahir                  :    Herlang, 17 Oktober 1965
Pekerjaan                                     :    Wiraswasta
No. Hp                                        :   085324209170
             (alasan mengapa peneliti menjadikan beliau sebagai narasumber adalah karena beliau merupakan orang tua penulis, orang yang terdekat dengan penulis)
                Apa semboyan yang mewakili kearifan lokal masyarakat Bulukumba?
Semboyan daerah bulukumba adalah “mali siparappe,tallang sipahua” yang artinya  “hanyut sama-sama terdampar, tenggelam sama-sama terapung”.
               Bagaimana sejarah terbentuknya semboyan tersebut?
Kakekmu pernah bilang, awal lahir dan awal perkembangannya semboyang itu di Bulukumba wilayah Timur. Mungkin berkaitan dengan nenek moyang di sana rata-rata pelaut ulung. Dan mungkin saja dengan ingin mengibaratkan semangat persatuan, mereka mengambil perumpamaan yang dekat dengan kebiasaan mereka.
               apa tujuan terciptanya semboyan tersebut?
Dengan harapan, mungkin agar masyarakat yang pada saat itu rata-rata pelaut mudah mengingatnya. Yang saya tau, itu semua agar masyarakat dapat tetap bersatu.
               Apa  makna dari smeboyan itu masih bisa di temukan pelaksanaan kehidupan masyarakat di Bulukumba sekarang?
Kalau di kampong kakek-nenekmu di Herlang, bisa dibilang masih ada. Bukti kecilnya, jika salah seorang warga akan dinikahkan, maka para kerabat dan tetangganya pasti akan saling membantu dalam bentuk membawa beras atau apa saja hasil bumi yng bias di bawa ke rumah seorang warga yg akan menikah. Namun hal itu bukanlah sumbangan, tetapi semua yang kerabat ataupun tetangga berikan, akan dicatat dan akan menjadi utang seorang warga yang akan menikah tersebut. Jadi, istilahnya mereka saling bantu dan pencatatan pemberian itu merupakan ide agar hal tersebut menjadi budaya dan terbukti sampai saat ini, budaya itu ada. Kalau dibandingkan di sini (Kel. Palampang), apalagi di kota, sudah tidak ada istilah seperti itu, yang mau nikah tanggung semua.
             apa pentingnya semboyan tersebut?
Penting, kalau semboyang itu hilang dan tidak ada lagi warga Bulukumba yang tahu, apa lagi yang bisa diandalkan di Bulukumba.

Narasumber 2
Nama                                 :      Syahrul,S.Pd
Tempat, tanggal lahir         :      Bulukumba, 5 Juli1971
Pekerjaan                           :      PNS
             (alasan  penulis mengambil beliau ini sebagai narasumber , karena beliau guru bahasa Indonesia SMA penulis dan beliau membina sebuah sanggar seni yang juga penulis menjadi salah-satu binaan beliau sampai saat ini)
             Apa semboyan atau slogan yang mewakili kearifan lokal masyarakat Bulukumba?
Yang saya tau, “mali siparappe”. Biasa juga ada orang-orang yang menyambung kalimat itu dengan “tallang sipahua’”. Tapi itu tidak salah.
              Bagaimana sejarah terbentuknya semboyan tersebut?
Dulunya itu, di Bulukumba rata-rata warganya pelaut dan masih sangat jarang dan katanya, hampir tidak ada warga yang menghuni daerah daerah tinggi. Semuanya belum tau cara bertahan hidup di daerah tinggi, jadi mayoritas tinggal di wilayah pesisir pantai karena kebiasaan mereka berlayar. Nah, dalam berlayar mereka memiliki tekad yang kuat untuk sampai/menyelesaikan tujuan sebelum kembali. Mereka tidak egois, dalam perjalanannya, apapun yang terjadi pada salah satu diantara mereka, adalah tanggung jawab mereka bersama-sama. Kemudian agar nilai itu bias tetap ada dan berlangsung turun-temurung, nilai tekad persatuan mereka umpamakan pada hal yang menjadi kebiasaan mereka. Kenapa saya bilang tadi “mali siparappe” biasa juga ada orang-orang yang menyambung kalimat itu dengan “tallang sipahua’”, tapi itu tidak salah? Kedua kalimat itu jika diterjemahkan memang tidak sama, namun semakna. Ada yang berasal dari bahasa bugis asli, yaitu “mali siparappe” yang terjemahannya jika hanyut sama-sama terdampar. Ini brkembang di Bulukumba wilayah Barat. Yang kedua, “tallang sipahua’. Itu berasal dari bahasa bugis konjo, bahasa ini berkembang di Bulukumba wilayah Timur yang terjemahannya jika tenggelam, sama-sama terapung. Keduanya memiliki makna yang sama,  yaitu yang saya katakan tadi, tekad yang kuat dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi segala kondisi, baik suka ataupun duka.
               Apa tujuan terciptanya semboyan tersebut?
Mereka tentu berharap, dengan semboyangnya yang demikian, maka anak-cucunya bisa membayangkan bagaimana kehidupadan kebiasaan leluhurnya dulu sekaligus juga anak-cucunya bisa tahu, bahwa leluhurnya memiliki tekad yang kuat dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi segala kondisi, baik suka ataupun duka. Supaya, dengan kombinasi kedua hal kemungkinan itu, nantinya bisa saling mendukung dalam memicu semangt bersatu generasi lanjut.
              Apa  makna dari smeboyan itu masih bisa di temukan di Bulukumba sekarang?
Kalau berbicara masih ada atau tidaknya, memang masih ada. Cuma kalau saya persentasikan, mingkin tersisa 40% wilayah Bulukumba yang masih bertahan. Itu pun yang bertahan, sudah tidak sepenuhnya. Ya, semangatnya bersatu dalam batasan mulut, masih ada. Tetapi untuk semacam itu, kan sudah umum rakyat Indonesia mengakuinya. Tapi jika terkhusus kepada kearifan logal, prinsip dasar semboyang kita yang diterapkan pada budaya perlahan menyusut. Itu karena pengaruh-pengaruh dari luar yang semakin menjadikan penduduk asli perlahan menuju egoisme, menjadi dokrin pola pikir yang tidak disadari. Yang masih bertahan itu tersisi di wilayah timur Bulukumba, seperti di Kajang, Tanah Beru, Herlang. Kalau di wilayah barat, sya tidak pernah jumpai lagi. Entah kalo sebenarnya masih ada.
             Apa pentingnya semboyan tersebut?
Sangat penting, untuk mempertahankan sebagai pengontrol masyarakat, apa bila mungkin ada sifat egoisnya dengan mengingat asal usul daerah kita sampai terciptanya semboyan ini, dengan harapan yang baik dari leluhur, egoisme itu bisa diruntuhkan.

Narasumber 3
Nama                                 :      Rappa
Tempat, tanggal lahir         :      Bulukumba, 1931
Pekerjaan                           :      Petani
No. Hp                               :     -
              (alasan  penulis mengambil beliau ini sebagai narasumber , karena beliau merupakkan orang yang dipaercayakan sebagai “pabbaca” (orang yang dipercayakan membantu memenuhi acara selamatan sebagai pendoa nenek moyang yang telah wafat) sebagai pekerjaan sambilannya saja di daerah asal penulis)
              Apa semboyan atau slogan yang mewakili kearifan lokal masyarakat Bulukumba?
 Disini, dikenal “mali siparappe”. tapi di Tanah Beru, dan jajarannya, dikenal “Tallang sipahua’”.
             Bagaimana sejarah terbentuknya semboyan tersebut?
Saya tidak tahu pastinya. Mungkin karena mereka terbiasa dengan air, istilahnya berlayar. Kemungkinan dari semboyang itu, saat ini ada orang yang membuat istilah baru untuk Bulukumba, yakni “Bulukumba Berlayar”.
            apa tujuan terciptanya semboyan tersebut?
Dengan keberadaan semboyang ini, mereka yakin bahwa kita akan bersatu dan itulah memang tujuannya. Satu lagi, jangan lupakan mereka.
            Apa  makna dari semboyan itu masih bisa di temukan di Bulukumba sekarang?
Kalau semboyangnya, banyak sekali di spanduk menjelang pemilukada. Di titik jalan tertentu juga ada biasanya. Tapi seperti spanduk tadi, kebanyakan dari kita. Cuma berkata, tapi penerapannya masihlah sekian persen saja. Yang bias dibilang masih sangat bertahan adalah Kajang. Contoh kecil persatuan mereka yaitu, mereka memiliki hokum adat untuk selalu menggunakan pakaian hitam dan tidak menggunakan sandal kemanapun perginya. Bahkan sekalipun ke daerah lain, hal tersebut mereka terapkan tanpa rasa malu sedikitpun kepada wilayah yang seharusnya asing bagi mereka.
            Apa pentingnya semboyan tersebut?
Kita harus tau, Bulukumba bisa dikenal di dunia luar dan bahkan ke mancanegara karena pinisinya. Dan itu sangat berkaitan erat dengan semboyang tersebut. Apalah arti keberadaan Bulukumba tanpa itu semua, dan kira-kira apa lagi yang bias kita tonjolkan kalau bukan itu. Tapi ingat, bukan sekedar ucapan, pahami nilainya. Kami sudah tua dan tidak akan selalu ada untuk mengingatkan.
Sangat penting, untuk mempertahankan sebagai pengontrol masyarakat, apa bila mungkin ada sifat egoisnya dengan mengingat asal usul daerah kita sampai terciptanya semboyan ini, dengan harapan yang baik dari leluhur, egoisme itu bisa diruntuhkan.
-----------------------------------------------------------------------
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Semboyan yang mewakili kearifan lokal Bulukmba adalah ”Mali siparappe, tallang sipahua” yang artinya ”hanyut sama-sama terdampar, tenggelam sama-sama terapung”.
2.      ”Mali siparappe, tallang sipahua” seringkali dihubungkan menjadi satu kalimat. Walaupun sebenarnya terpisah dua dengan bahasa dan perumpamaan berbeda namun maknanya sama “mali siparappe” yang terjemahannya jika hanyut sama-sama terdampar. Ini brkembang di Bulukumba wilayah Barat. Yang kedua, “tallang sipahua’. Itu berasal dari bahasa bugis konjo, bahasa ini berkembang di Bulukumba wilayah Timur yang terjemahannya jika tenggelam, sama-sama terapung. Keduanya memiliki makna yang sama,  yaitu yang saya katakan tadi, tekad yang kuat dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi segala kondisi, baik suka ataupun duka.
3.      “Mali siparappe, Tallang sipahua” muncul berkaitan dengan sejarah Bulukumba. Setelah diresmikannya Bulukumba leluhur membuat satu semboyan  dengan Paradigma kesejarahan, dan kebudayaan memberikan nuansa moralitas tertentu menjadi etika bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip "Mali’ siparappe, Tallang sipahua",
4.      semboyan “Mali siparappe, tallang sipahua” di buat dengan tujuan  agar masyarakat bersatu dengan mengemban amanat persatuan dalam mewujudkan keselamatan bersama.
5.      Di beberaapa daerah, hanya tersisa sedikit dari setengah masyarakatnya yang masih terikat dengan budaya luhur berkaitan dengan makna semboyang tersebut.
6.      Sangat penting, untuk mempertahankan persatuan masyarakat Bulukumba agar tidak timbul keegoismean dalam menjalani hidup bermasyarakat.

B.     Saran
            Pertahankan eksistensi kearifan lokal, jadikanlah sebagai landasan berrkehidupan dan berbudaya. Jangan sampai anak-cucu kelak kehilangan pribadi bangsa dan budayanya.
***

NOTES

Hari ini aku akan memulai mandiri kecil2an. Yah, sebentar lagi PMB di salah satu universitas negeri di Makassar. Untungnya hari ini ada ayah, ibu dan adikku yg besok akan sangat kurindukan. Kutunggu idul adha. 
25.08.2012 21:38
================================================================
Melelahkan, berhadapan dgn kesibukan bersilaturahmi…………
19.08.2012,  23:14 
================================================================
Gema takbir mulai terdengar, tak adah yang berubah dari hari-hari sebelumnya. Serasa ini sudah sewajarnya dan cuek saja. Kecuali tentunya yang berbeda adalah rasa syukur ini karenaNYA di tanggal 1 Syawal 1433 H ini, penghujung lebaran besok, ALHAMDULILLAH ea.
18.08.2012, 20:47
================================================================